Puteri Indonesia 2014
Elvira Devinamira, Dari Soal Miss Universe hingga Geng Ceweknya
Triyanisya - 19 Agustus 2014 19:10 wib
Metrotvnews.com, Jakarta: Menyandang gelar Puteri
Indonesia 2014 di usia 21 tahun tidak pernah terbayang di benak Elvira
Devinamira Wirayanti kecil. Vira, begitu ia biasa disapa, mengaku tumbuh
sebagai gadis cilik yang tomboy, berkulit gelap, memiliki pipi tembam,
jauh dari kesan cantik dan feminin.
Begitu tumbuh menjadi remaja, Vira bertransformasi menjadi seorang gadis
yang mulai mengenal kecantikan. Mengenal rias, mengikuti kegiatan
model. Suka menonton 'America's Next Top Model' membuat Vira merasa
perlu merawat diri sebagai seorang perempuan yang beranjak dewasa. Lalu,
sang Ibu, Henida Prabawati, mendorongnya untuk memaksimalkan potensi
yang ada dalam dirinya.
Gadis kelahiran Surabaya, 28 Juni 1993 ini akhirnya mengikuti saran
ibunya. Vira mengikuti pemilihan Cak & Ning Surabaya 2012 sebagai
ajang kompetisi pertamanya, dan berhasil menyandang gelar juara 2 serta
juara favorit.
Menjalani tugas sebagai Ning
Surabaya selama satu tahun, Vira juga mempersiapkan diri untuk mengikuti
ajang yang lebih tinggi. Vira terjun ke dunia model secara otodidak,
mengikuti Harvard Model United Nation, dan mendapat kesempatan
pertukaran pelajar ke Seoul-Korea Selatan. Setelah merasa memiliki
prestasi yang membanggakan, Vira kemudian memberanikan diri mengikuti
ajang Puteri Indonesia 2014 dan berhasil membawa pulang gelar tersebut.
"Saya awalnya enggak terpikir akan menjadi seorang Puteri. Saya awalnya bercita-cita ingin jadi duta besar, makanya saya kuliah jurusan hukum internasional. Sebenarnya, saya ingin kuliah jurusan Hubungan Internasional (HI), tapi mama bilang jurusan Hukum saja, aku mengikuti apa kata mama, karena aku percaya ridha Allah adalah ridha orang tua," ujar gadis yang hobi bermain piano ini kepada Metrotvnews beberapa waktu lalu.
"Saya awalnya enggak terpikir akan menjadi seorang Puteri. Saya awalnya bercita-cita ingin jadi duta besar, makanya saya kuliah jurusan hukum internasional. Sebenarnya, saya ingin kuliah jurusan Hubungan Internasional (HI), tapi mama bilang jurusan Hukum saja, aku mengikuti apa kata mama, karena aku percaya ridha Allah adalah ridha orang tua," ujar gadis yang hobi bermain piano ini kepada Metrotvnews beberapa waktu lalu.
Segala usaha yang Vira lakukan, tentu bukanlah hal yang mudah. Ia
berjuang banyak untuk menggapai impian-impiannya. "Tidak ada hasil yang
mengkhianati usaha. Saya hidup dalam berjuang, tidak ada yang saya
dapatkan tanpa berjuang. Saya mulai dari bawah, dari benar-benar yang
nggak tahu apa-apa, cewek yang tidak merasa bahwa dirinya cantik, saya
dulu tembam, saya dulu sama sekali cuek, ansos (anti sosial), aneh,
kurang apa coba. Sekarang bisa jadi Puteri Indonesia 2014, itu sama
sekali nggak menyangka. Siapa yang tahu? itu adalah akibat dari
perjuangan-perjuangan saya selama ini, dan tentunya doa dari orang tua
saya, karena saya melakukan itu tulus untuk orang tua saya, untuk
membanggakan mereka," papar gadis dengan tinggi badan 175cm dan berat
badan 55kg ini.
Menjadi Puteri Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak tanggung
jawab yang harus ia emban dan tentunya membutuhkan banyak pengorbanan.
Vira yang masih tercatat sebagai mahasiswi semester 7 di Fakultas Hukum
Universitas Airlangga ini harus mengambil cuti selama satu tahun demi
mengemban tugas menyebarkan ilmu yang ia miliki sebagai seorang Puteri.
Ia tentunya juga banyak memetik pelajaran dari para seniornya yang juga menyandang gelar Puteri Indonesia sebelumnya. Vira mengakui, salut terhadap perjuangan para seniornya itu.
"Senior-senior aku di Puteri Indonesia itu semuanya pejuang, mereka sama-sama memperjuangkan nama Indonesia, aku tahu tidak mudah menjadi seorang Puteri. Dengan mereka bertahan selama satu tahun menurut saya sudah hebat sekali. Mungkin orang-orang bisa dengan mudah menilai 'kamu kurang ini, kamu kurang itu', dan menganggap jadi Puteri itu hanya dapat enaknya saja, padahal jadi Puteri itu tidak mudah."
"Banyak tanggung jawab yang harus kami tanggung selama satu tahun. Harus jaga imej; harus selalu terlihat cantik dan sempurna di depan umum. Lalu orang lain akan tetap saja menilai kami macam-macam. Itu tentu bukan hal yang mudah, dan mereka (senior-senior Puteri Indonesia) bertahan dan mereka berjuang untuk Indonesia dan itu sangat membanggakan. Patut sekali dicontoh sebagai figur publik di Indonesia," lanjut anak pertama dari dua bersaudara ini.
Ia tentunya juga banyak memetik pelajaran dari para seniornya yang juga menyandang gelar Puteri Indonesia sebelumnya. Vira mengakui, salut terhadap perjuangan para seniornya itu.
"Senior-senior aku di Puteri Indonesia itu semuanya pejuang, mereka sama-sama memperjuangkan nama Indonesia, aku tahu tidak mudah menjadi seorang Puteri. Dengan mereka bertahan selama satu tahun menurut saya sudah hebat sekali. Mungkin orang-orang bisa dengan mudah menilai 'kamu kurang ini, kamu kurang itu', dan menganggap jadi Puteri itu hanya dapat enaknya saja, padahal jadi Puteri itu tidak mudah."
"Banyak tanggung jawab yang harus kami tanggung selama satu tahun. Harus jaga imej; harus selalu terlihat cantik dan sempurna di depan umum. Lalu orang lain akan tetap saja menilai kami macam-macam. Itu tentu bukan hal yang mudah, dan mereka (senior-senior Puteri Indonesia) bertahan dan mereka berjuang untuk Indonesia dan itu sangat membanggakan. Patut sekali dicontoh sebagai figur publik di Indonesia," lanjut anak pertama dari dua bersaudara ini.
Dalam mencontoh seniornya, Vira tentu menemukan berbagai hambatan dan kesulitan. Tapi, ia bisa mengatasinya dengan tenang.
"Tentu kalau kesulitan dan hambatan, setiap orang pasti punya. Setiap orang dilahirkan dengan karakter yang berbeda-beda. Tetapi, bagaimana kami menghadapi ketakutan itu yang membedakan. Kami harus menjadi manusia yang lebih baik, yang lebih sempurna," tuturnya.
Selain mengambil pelajaran dari para seniornya, Vira juga mengambil banyak pelajaran dari teman-teman seperjuangannya. Vira kini bersahabat dengan dua runner-up Puteri Indonesia 2014, yaitu runner-up 1 - Elfin Pertiwi Rappa, dan runner-up 2 - Estelita Liana. Persahabatan Vira dengan keduanya dirasa sangat spesial, mengingat ketiganya berasal dari kota yang berbeda-beda.
"Tentu kalau kesulitan dan hambatan, setiap orang pasti punya. Setiap orang dilahirkan dengan karakter yang berbeda-beda. Tetapi, bagaimana kami menghadapi ketakutan itu yang membedakan. Kami harus menjadi manusia yang lebih baik, yang lebih sempurna," tuturnya.
Selain mengambil pelajaran dari para seniornya, Vira juga mengambil banyak pelajaran dari teman-teman seperjuangannya. Vira kini bersahabat dengan dua runner-up Puteri Indonesia 2014, yaitu runner-up 1 - Elfin Pertiwi Rappa, dan runner-up 2 - Estelita Liana. Persahabatan Vira dengan keduanya dirasa sangat spesial, mengingat ketiganya berasal dari kota yang berbeda-beda.
"Elfin dari Palembang, runner-up 1 Puteri Indonesia 2014, saya belajar
dari dia bagaimana mencintai pasangan dengan setia itu seperti apa,
karena dia dengan kekasihnya itu berjauhan selama dua tahun. Aku tahu
itu enggak mudah menjaga hubungan selama dua tahun padahal saling
berjauhan, dan aku sangat respek dengan mereka, dan aku sangat mengagumi
mereka."
"Lily, dari Jogja, dia memberi pelajaran bahwa dalam memandang orang jangan dari sisi negatif, tetapi dari sisi positif. Dia sama sekali enggak pernah berburuk sangka sama orang, dia tidak pernah berniat jahat terhadap orang, dan ketulusan hatinya dalam berteman ataupun mencintai apapun sangat terasa, dan saya berlajar sabar dari Lily. Kami bertiga sekarang tinggal bareng, satu apartemen, satu unit, tinggal bareng selama satu tahun dan benar-benar banyak kisah suka duka sedih ceria, benar-benar menyenangkan," lanjut Vira.
"Lily, dari Jogja, dia memberi pelajaran bahwa dalam memandang orang jangan dari sisi negatif, tetapi dari sisi positif. Dia sama sekali enggak pernah berburuk sangka sama orang, dia tidak pernah berniat jahat terhadap orang, dan ketulusan hatinya dalam berteman ataupun mencintai apapun sangat terasa, dan saya berlajar sabar dari Lily. Kami bertiga sekarang tinggal bareng, satu apartemen, satu unit, tinggal bareng selama satu tahun dan benar-benar banyak kisah suka duka sedih ceria, benar-benar menyenangkan," lanjut Vira.
Vira juga mengungkapkan, dengan kedua sahabatnya itu, ia benar-benar
bisa menjadi dirinya sendiri. Ia bisa marah kepada sahabatnya, tapi lalu
kembali tertawa bersama dalam waktu yang singkat. Sebagai seorang
Puteri, Vira tidak malu berbagi cerita lucu antara Vira dan para Puteri
kepada Metrotvnews.com.
"Pas ulang tahun aku Juni lalu, aku ada acara makan malam perayaan ulang tahun, aku kasih tahu mereka beberapa hari sebelumnya, pas aku sudah siap untuk makan malam, kok Elfin dan Lily belum siap-siap. Lalu aku pergi kongkow dengan teman aku. Aku terus hubungi mereka, kok dijawabnya nggak bisa datang, alasannya sakit perut, dan lain-lain. Aku sudah marah-marah, karena mereka enggak datang ke ultahku, tapi mereka cuma baca pesan aku."
"Ternyata pas aku pulang, mereka rombak apartemen, rombak kamarku benar-benar kayak dekorasi ulangtahun princess gitu, ada lilin-lilinnya, confetti itu segala macam, aku menangis saat itu, aku benar-benar menangis. Aku awalnya marah, tapi ternyata mereka kasih aku kejutan, aku enggak sangka, aku senang banget. Jadi, malam itu kita tidur bertiga, ada balon-balon di atasnya, kita cerita-cerita sampai pukul 1 atau pukul 2 pagi baru kami tidur," beber Vira. Vira tidak menyangka bisa bersahabat sangat erat dengan kedua pesaingnya di ajang Puteri Indonesia 2014 itu.
"Pas ulang tahun aku Juni lalu, aku ada acara makan malam perayaan ulang tahun, aku kasih tahu mereka beberapa hari sebelumnya, pas aku sudah siap untuk makan malam, kok Elfin dan Lily belum siap-siap. Lalu aku pergi kongkow dengan teman aku. Aku terus hubungi mereka, kok dijawabnya nggak bisa datang, alasannya sakit perut, dan lain-lain. Aku sudah marah-marah, karena mereka enggak datang ke ultahku, tapi mereka cuma baca pesan aku."
"Ternyata pas aku pulang, mereka rombak apartemen, rombak kamarku benar-benar kayak dekorasi ulangtahun princess gitu, ada lilin-lilinnya, confetti itu segala macam, aku menangis saat itu, aku benar-benar menangis. Aku awalnya marah, tapi ternyata mereka kasih aku kejutan, aku enggak sangka, aku senang banget. Jadi, malam itu kita tidur bertiga, ada balon-balon di atasnya, kita cerita-cerita sampai pukul 1 atau pukul 2 pagi baru kami tidur," beber Vira. Vira tidak menyangka bisa bersahabat sangat erat dengan kedua pesaingnya di ajang Puteri Indonesia 2014 itu.
Memiliki rasa toleransi yang besar tentu menjadi dasar dari kecocokan di
antara ketiga Puteri tersebut. "Aku rasa enggak semua orang bisa saling
berbagi segalanya dengan orang lain. Tetapi, dengan mereka masih mau
dan merasa cocok tinggal bareng dengan aku, berarti karena punya
toleransi yang sangat tinggi, kami benar-benar kayak bersaudara banget,"
ujarnya lagi.
Sebagai seorang Puteri yang akan membawa nama baik Indonesia di mata dunia, Vira tentu memahami betul arti toleransi. Selain belajar bertoleransi dari kedua sahabatnya, Vira juga menjunjung tinggi toleransi antara suku dengan suku yang lain, juga suatu bangsa dengan bangsa lain.
"Kita lahir dalam berbagai ras, setiap ras juga mempunyai kebudayaannya sendiri dan kita harus saling toleransi antara satu suku dengan suku yang lain. Kita harus menyerap apa yang positif dan meninggalkan hal-hal yang negatif. Karena kalau perbedaan budaya, kita enggak bisa larang, jadi harus toleransi," ujarnya.
Sebagai perwakilan dari Indonesia untuk melaju ke ajang Miss Universe 2014 mendatang, Vira memiliki sedikit keresahan dalam dirinya. Ia menilai, bangsa Indonesia masih kurang mendukung adanya kontes kecantikan.
"Dari beberapa kontes yang saya sering saya temui, saya lihat bangsa kita tercerai berai, tidak bisa mendukung, tidak satu suara, seperti di negara-negara lain. Bukannya mendukung, tetapi malah melecehkan. Harusnya, apapun pilihan para juri atas Putri Indonesia juara 1, 2 dan 3, ya tugas kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya mendukung, bagaimana caranya agar putri-putri kita bisa membanggakan Indonesia ketika maju ke ajang internasional, membantu kita juga sebagai Puteri yang diberi tanggung jawab, kan tidak mungkin Puteri hanya diam saja, pasti ada usaha-usaha dan kegiatan yang dilakukan," papar Vira. Ia juga mengungkapkan bahwa tidak semestinya, para Puteri dilecehkan oleh masyarakat.
"Para Puteri, dalam prosesnya menjadi Puteri, bukanlah tanpa usaha. Mereka melakukan usaha, berjuang dengan sangat keras, dan tidak instan. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya ingin kita bersatu, bahu membahu mendukung Indonesia di ajang internasional," harapnya.
Sebagai seorang Puteri yang akan membawa nama baik Indonesia di mata dunia, Vira tentu memahami betul arti toleransi. Selain belajar bertoleransi dari kedua sahabatnya, Vira juga menjunjung tinggi toleransi antara suku dengan suku yang lain, juga suatu bangsa dengan bangsa lain.
"Kita lahir dalam berbagai ras, setiap ras juga mempunyai kebudayaannya sendiri dan kita harus saling toleransi antara satu suku dengan suku yang lain. Kita harus menyerap apa yang positif dan meninggalkan hal-hal yang negatif. Karena kalau perbedaan budaya, kita enggak bisa larang, jadi harus toleransi," ujarnya.
Sebagai perwakilan dari Indonesia untuk melaju ke ajang Miss Universe 2014 mendatang, Vira memiliki sedikit keresahan dalam dirinya. Ia menilai, bangsa Indonesia masih kurang mendukung adanya kontes kecantikan.
"Dari beberapa kontes yang saya sering saya temui, saya lihat bangsa kita tercerai berai, tidak bisa mendukung, tidak satu suara, seperti di negara-negara lain. Bukannya mendukung, tetapi malah melecehkan. Harusnya, apapun pilihan para juri atas Putri Indonesia juara 1, 2 dan 3, ya tugas kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya mendukung, bagaimana caranya agar putri-putri kita bisa membanggakan Indonesia ketika maju ke ajang internasional, membantu kita juga sebagai Puteri yang diberi tanggung jawab, kan tidak mungkin Puteri hanya diam saja, pasti ada usaha-usaha dan kegiatan yang dilakukan," papar Vira. Ia juga mengungkapkan bahwa tidak semestinya, para Puteri dilecehkan oleh masyarakat.
"Para Puteri, dalam prosesnya menjadi Puteri, bukanlah tanpa usaha. Mereka melakukan usaha, berjuang dengan sangat keras, dan tidak instan. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya ingin kita bersatu, bahu membahu mendukung Indonesia di ajang internasional," harapnya.
Meski merasa kekurangan dukungan, Vira tetap merasa bangga dirinya
menjadi Perempuan Indonesia. Setelah menjadi Puteri Indonesia 2014, Vira
semakin bangga. Ia bisa mendapatkan berbagai pengalaman baru di setiap
paginya. Ia juga menghimbau, bagi masyarakat Indonesia yang masih memuja
orang asing, lebih baik menilai ulang bahwa perempuan Indonesia jauh
lebih cantik dan membanggakan jika dibandingkan perempuan asing atau
'bule'.
"Aku sebenarnya tidak mengkotakkan adanya westernisasi. Westernisasi di satu sisi ada yang bagus, tapi tidak semua berarti harus bule, karena Indonesia tuh enggak jelek kok. Perempuan Indonesia itu cantik-cantik. Kita harus bangga, bersyukur dengan apa yang kita miliki, dengan cara mengangkat dan mengubah paradigma bahwa yang cantik tuh harus seperti ini, misalnya harus kurus, tinggi, langsing, kita harus punya paradigma sendiri bahwa yang cantik itu kulitnya sawo matang, ya seperti bagaimana cantiknya asli Indonesia."
"Orang bule sendiri aja menganggap orang kita cantik-cantik, kenapa kita enggak berpikir begitu? Kita punya ras kita sendiri, mereka (orang asing) punya rasnya sendiri, kita memang berbeda, punya standar cantiknya masing-masing dengan level yang berbeda-beda, kita harus syukuri itu," lanjutnya.
"Aku sebenarnya tidak mengkotakkan adanya westernisasi. Westernisasi di satu sisi ada yang bagus, tapi tidak semua berarti harus bule, karena Indonesia tuh enggak jelek kok. Perempuan Indonesia itu cantik-cantik. Kita harus bangga, bersyukur dengan apa yang kita miliki, dengan cara mengangkat dan mengubah paradigma bahwa yang cantik tuh harus seperti ini, misalnya harus kurus, tinggi, langsing, kita harus punya paradigma sendiri bahwa yang cantik itu kulitnya sawo matang, ya seperti bagaimana cantiknya asli Indonesia."
"Orang bule sendiri aja menganggap orang kita cantik-cantik, kenapa kita enggak berpikir begitu? Kita punya ras kita sendiri, mereka (orang asing) punya rasnya sendiri, kita memang berbeda, punya standar cantiknya masing-masing dengan level yang berbeda-beda, kita harus syukuri itu," lanjutnya.
Akhir tahun ini, Vira akan berangkat menuju ajang yang lebih tinggi
lagi, yaitu Miss Universe 2014. Ia akan bersaing dengan puluhan
gadis-gadis cantik yang terpilih mewakili negaranya di seluruh penjuru
dunia. Ia telah sangat matang mempersiapkan segalanya, bahkan sudah
hampir mencapai 100 persen. Meski merasa memiliki sedikit ketakutan,
Vira menganggapnya sebagai tantangan, bukan beban.
"Rasa takut menghadapi ajang Miss Universe 2014 pasti ada, apalagi sebelumnya, senior aku, Whulandary berhasil raih Top 16 Miss Universe 2013 dan runner-up national costume, dan itu jadi tantangan buat aku, bukan beban. Jangan sampai Indonesia itu menurun, harus meningkat," ujarnya.
Vira pun memiliki target bahwa ia ingin mendulang prestasi lebih baik dari senior-seniornya. "Paling tidak, setara, atau meningkat (prestasinya) dari Whulandary. Aku enggak berpikir harus menang atau bagimana. Ada 90 perempuan cantik lainnya di sana, kami hanya wajib berusaha dan berdoa, melakukan yang terbaik, dan percaya bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati usaha," tutupnya.
"Rasa takut menghadapi ajang Miss Universe 2014 pasti ada, apalagi sebelumnya, senior aku, Whulandary berhasil raih Top 16 Miss Universe 2013 dan runner-up national costume, dan itu jadi tantangan buat aku, bukan beban. Jangan sampai Indonesia itu menurun, harus meningkat," ujarnya.
Vira pun memiliki target bahwa ia ingin mendulang prestasi lebih baik dari senior-seniornya. "Paling tidak, setara, atau meningkat (prestasinya) dari Whulandary. Aku enggak berpikir harus menang atau bagimana. Ada 90 perempuan cantik lainnya di sana, kami hanya wajib berusaha dan berdoa, melakukan yang terbaik, dan percaya bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati usaha," tutupnya.
(Fit)
CREDIT TO METRO NEWS AND TO THE OWNER OF THE PHOTOS
Wah, terima kasih sudah di re-post
BalasHapusSama sama, Izin ditampilkan di blog ini ya interviewnya :)
Hapus